Notes of The Empty Heart: Parental Influene

Entah apa yang ada dipikiranku beberapa hari ini. Semua terasa bercampur menjadi satu. Semua kenangan yang seharusnya sudah aku lupakan kembali burputar-putar di otakku. Semuanya sama, semua dari mereka menyiksa. Kenangan akan malam dimana aku dibangunkan oleh ayah larut malam untuk mencari ibuku yang saat itu belum pulang bekerja. Kenangan di saat aku dititipkan di rumah Kakek ku. Kenangan dimana aku memutuskan untuk ikut dengan ayahku dan memulai semuanya dari awal bersama dengan ayahku dan orang baru yang ada disampingnya. Semua kenangan itu muncul secara acak dalam otakku yang penuh dengan memori yang selalu menghantuiku seumur hidup.

Aku bukanlah anak yang selalu berada dalam penderitaan setiap waktu. Hanya saja, setiap waktu-waktu setiap emosiku meluap rasanya semua kenangan yang sudah susah payah aku lupakan satu per satu kembali menyiksaku. 

Aku lahir dengan kondisi yang bahagia (yang kurasa hanya untuk beberapa waktu). Seorang ayah dengan pekerjaan mapan. Seorang ibu yang dulunya wanita karir dan akhirnya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga setelah melahirkan aku. Kakek yang adalah seorang perwiran tinggi Angkatan Laut yang masih aktif menjabat. Nenek yang sangat menyayangiku. Semua terasa begitu sempurna. Apapun yang aku inginkan selalu akan menjadi kenyataan karena aku adalah anak pertama dan cucu pertama dari keluarga yang lumayan berada. Sampai beberapa waktu semua itu hanya menjadi kenangan yang tak memberi kekuatan apapun pada hidupku.

Setiap anak yang lahir di dunia, tidak pernah menginginkan hal buruk terjadi dalam sebuah keluarga. Selain kematian, salah satu hal yang paling ditakutkan anak-anak di dunia ini adalah perpisahan kedua orang tuanya. Sebaik apapun perpisahan itu, sedamai apapun keadaan setelah perceraian itu, seorang anak tetap akan terluka hatinya. Aku benci mengakui ini tapi setelah perpisahan kedua orang tuaku, aku merasakan ada ruang kosong di hatiku. Walau semua terasa damai tanpa adanya pertengkaran ayah dan ibuku lagi, tapi semua yang terjadi tidak membuatnya “lebih baik“.

Semua orang tua yang memutuskan untuk berpisah selalu memberi alasan “karena semua ini akan lebih baik begini daripada kita selalu hidup dalam pertengkaran dan perselisihan”. Alasan kuno yang selalu membuat hati setiap anak terluka. Kalau memang lebih baik berpisah karena kalian lelah selalu terlibat pertengkaran, kenapa tidak berusaha menciptakan perdamaian? Kenapa kalian meninggikan ego masing-masing? kenapa tidak memperbaiki keadaan? Kenapa menikah jika selalu bertengkar? Sebernya ada ratusan pertanyaan yang ingin aku tanyakan tetapi semua seakan melenyap seiring dengan emosi yang meluap.

Introduction

안녕하세요 !! 저는 Annisa 입니다 ..

Ini pertama kalinya gue nyoba nulis-nulis di blog. Awalnya aku galau mau nulis apa. Tapi sekarang aku tau apa yang aku suka. Berhubung gue sukanya Korea, yah semua yg berbau-bau Korea dan juga gua suka “ngayal”. jd gue pengen mulai debut pertama gue *xoxo* sebagai penulis fan fiction.

Oh ya, kenalan dulu ya. 

Nama gue : Annisa Ayunindya Putri

Nickname : Bisa manggil Nisa atau Nindya

DOB : 22 Januari 1994

Tinggi/Berat: 171/52

Fandom : gue gatau gue bisa nyebut diri gue di fandom apa karena gue suka semua karya yang menurut gue bagus. tapi mayoritas hati gue buat Big Bang, so i’m VIP

 

Bias : G-드래곤 오빠 !!!! Separuh hatiku untukmu, Oppa!! Setengahnya lagi buat T.O.P, Jo In Seong, Song Joong Ki, and others….

Hobby : nonton dvd

Twitter : @annisanindya

i wanna say no more, so tungguin aja tulisan gue ya. kalo misalnya jelek harap maklum, soalnya aku baru pemula hehe 🙂

Annyeong!!!!!!!!!!!!